JessicaLamarie Pires Berbagi Pengalaman Tinggal Di India - Tidak butuh lama buat Jessica Lamarie beradaptasi dengan kehidupan di India. Dia rela tinggal di negeri kisah Mahabharata ini demi menemani sang suami, Robert Pires yang dikontrak klub lokal, FC Goa. Dilansir Caughtoffside, Jessica memamerkan dirinya dengan mengunggah foto sedang
menyoal masa lalu,selalu menyimpan pilu,mengakar dan tertimbun,walau sepenggalnya terbalut datang di India, tahun India nehi nehi aca aca itu? India yang punya Taj Mahal? India yang terkenal dengan Shah Rukh Kahn itu? Yup, kadang aku pun enggak percaya pernah tinggal di negeri penuh drama selain Indonesia. Iya, tinggal. Aku, bersama ayah dan ibu, tinggal di India selama satu tahun, tepatnya di Roorkee. Saat itu aku berumur tiga, kami menetap karena ayahku melanjutkan studi S2 di sana. Kalau boleh jujur, enggak banyak yang bisa aku ingat, maklum, sudah tertimbun rumus, film, lagu, berita tadi malam, ditambah asam manisnya kehidupan. Tapi rilek aje, foto album di rumahku akan jadi penyelamat cerita penuh drama kali ini."HEY JANGAN NGATA-NGATAIN INDIA, NANTI AKU TIMPUK, LHO!" ujar temanku yang mengacungkan lobak, Rizki namanya. Jamal si tukang sayur kiri.Ternyata negeri ini enggak seburuk itu. Malahan sebelas dua belas dengan Indonesia. Ada tukang sayur keliling; abangnya ramah, suka gosip sama ibu-ibu, dan doyan bercanda. Persis seperti di kompleksku saat di sana -termasuk Jamal si tukang sayur- pun cukup fasih berbahasa inggris. Jadi aku enggak perlu belajar kuch kuch hota hai untuk bisa ngobrol dengan mereka. Coba lihat foto di atas, mukaku tampak betah dan berseri-seri, kan? Ibu kiri, aku ya kanan, dong.Bukan cuma Jakarta yang terkenal dengan gaduh klakson di lampu merah, kota-kota di India juga tak mau kalah. Daripada stres, kami memutuskan untuk bersepeda ke mana-mana. Seingatku, dulu di Roorkee belum terlalu ramai, tidak seperti Mumbay. Mungkin karena kota ini cenderung mirip Yogyakarta, kota hidup bersepeda saat itu menyisakan kenangan yang cukup menyedihkan. Drama pertama, aku pernah kehilangan sandal kesayangan saat ketiduran di perjalanan. Sandalnya jatuh di jalan, tapi baru sadar usai sampai rumah. Jangan ditanya, deh, nangis apa enggak. Ckck, memang enggak boleh terlalu sayang sama sesuatu atau seseorang, berabe kalau sudah Institute of Technology Roorkee. Foto sekolah di Indian Institute of Technology Roorkee. Kami sering bermain ke kampusnya saat akhir pekan. Bagus sekali, bunga-bunga di tamannya beragam, warnanya indah, wangi pula. Tapi, lagi-lagi aku menciptakan drama di taman kampus ini. Kalau dulu sudah ada kumparan dan akun Berita Heboh, bisa-bisa kisahku dibuat konten dengan judul Viral Bocah asal Indonesia Dimarahi karena Cabut Bunga di Taman Kampus aku yang pecicilan sejak kecil ini dengan polosnya mencabut bunga-bunga -iya, lebih dari satu- yang ada di taman kampus tersebut. Monmaap, Tiara, kamu kira ini Taman Ayodya yang bisa kamu petik bunga dan dedaunan di pohonnya itu? Halo???Ya, namanya juga anak kecil, mana paham kalau enggak boleh lari-lari berisik dan petik bunga? Penjaga taman di sana pun akhirnya memarahiku karena tertangkap dengan sengaja melakukan pelanggaran. Lagi-lagi aku mengeluarkan senjata andalan Menangis. Dan... Beginilah penampakannya sesaat setelah dimarahi si kakek tukang mau diajak foto dengan senyum sok kuat. Sama kaya cewek-cewek yang pundung tapi jawabnya "enggak, aku enggak apa-apa".Mari kita pindah ke episode berikutnya. Kali ini menyoal Holi atau Festival Warna -festival awal musim semi yang dirayakan di India, Nepal, dan negara-negara dengan mayoritas penduduk beragama dari lubuk hati yang cukup dalam, meskipun aku senang tinggal di India, tapi aku harus jujur akan satu hal Aku tetap takut dengan orang India, terutama orang-orang yang tidak aku Holi. Coba perhatikan orang di belakang ibuku. ASTAGA semangat banget, mba, itu bubuk apa bedak?Alhasil, Holi ini berubah menjadi holly sh*t karena aku benar-benar enggak nyaman merayakannya. Mereka -orang-orang India yang padahal adalah rekan ayah dan ibuku- mencoret-coret, melempari bubuk, dan menyiram air berwarna-warni ke arah mukaku. Saat itu mungkin aku pikir bubuk-bubuknya sama dengan gas air mata. Ngeri, kan, kalau kena? Padahal biasa saja. Maaf, aku waktu kecil memang selalu ya, aku juga sempat jadi anak TK di sana. Beda dengan Indonesia, TK di India langsung belajar baca. Bahasa Inggris pula. Bosan, tidak menyenangkan, aku maunya main serodotan dan ayunan!! Tapi akhirnya lulus, kok. Alhamdulillah, walaupun sambat terus, TK, dapat bingkisan dari Duta Besar India saat juga jadi saksi bisu pertama kali aku memegang salju. Yup, di sana ada salju, tapi bukan di Roorkee. Harus menempuh lebih dari 4 jam untuk sampai ke tempat bersalju. Jangan tanya apa nama tempatnya, aku tidak ingat.... Mungkin Kashmir? Apa pun itu, salju tetaplah salju. Rasanya tetap dingin dingin sedap gimanaaa gitu. Seru!Entah pakai baju apa aku di sana kiri. Muka kedinginan kanan.Pertanyaan yang paling sering terlontar saat aku cerita soal tinggal di India adalah Kamu bisa nari India, dong? Bisa, dong! Waktu itu, ya, sekarang mah sudah enggak Kuch Hota Hai kebetulan rilis tahun 1998, selanjutnya ada Koi Mil Gaya yang tayang tahun 2003. Otomatis saat aku di sana, tarian India lagi super booming. Pakai sari -baju khas India- bindi untuk jidat, dan gelang-gelang berisik, aku pun ikut jadi anak mainstream pada tentang mafav mifav makanan favorit minuman favorit di India. Minuman paling enak dan selalu kuingat adalah Chai Tea. Rasanya kaya akan rempah, nikmat diminum hangat-hangat. Kalau soal makanan, kari juaranya. Biasanya disajikan dengan Chapati atau ayam khas India. Chai Tea yang legendariiiiissss. Foto pixabay“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” -Al-Baqarah 216Walaupun banyak hal negatif tentang India, hilang sendal, dimarahi tukang kebun, dan kena drama-drama lainnya, tapi pengalaman tinggal di negeri Shah Rukh Khan juga banyak tahun 2000 adalah sebagian dari sepenggal masa lalu yang sedikit pilu, namun akan selalu terbalut rindu.
Budayadi India, Sistem kekeluargaan sangat kental. Mereka suka tinggal dalam keluarga besar. Setelah menikah wanita diboyong dan masuk dalam keluarga Pria. Dalam apartemen kecil, disana ada orang tua, mungkin kakak juga kakak ipar dan anaknya. Mungkin juga ada adik adiknya. Nggak ada privasi sama sekali.
sdr Berawal dari menjadi penonton setia film Bollywood di masa kecil dan tumbuh besar mengkonsumsi stereotip soal India lewat media dan cerita teman, Savira malah berkesempatan magang selama 3 bulan di India. Artikel ini akan menceritakan tentang keseharian Savira selama magang dan caranya beradaptasi dengan kehidupan masyarakat lokal. “Kamu ngga takut diapa-apain kalo di sana?” “Ya ampun, bukannya di sana tuh jorok dan bau ya.” “Eh sumpah ati-ati ya entar, terutama sama laki-laki!” “Lo jangan kebanyakan makan kari ya, nanti keringet lo ikutan bau kari lho.” Kurang lebih itu reaksi orang-orang terdekatku ketika aku cerita aku bakal berangkat ke India buat magang. Rata-rata reaksi mereka pasti kaget dan khawatir. Aku bisa paham sih dengan reaksi mereka. India ngga jarang digambarkan sebagai negara yang ruwet, jorok, dan terkesan berbahaya untuk perempuan. Meski begitu, entah kenapa aku malah jadi penasaran banget untuk ngebuktiin sendiri, emang separah itu ya? Aku berangkat ke India untuk magang di sebuah perusahaan IT pada Agustus 2018 lewat program Global Entrepreneur dari AIESEC. Aku udah beberapa kali ke luar negeri sebelum ke India. Meski begitu, pengalaman satu ini berbeda dan berkesan banget, karena aku tinggal dalam jangka waktu yang lama yaitu selama hampir tiga bulan, bekerja secara profesional, dan ngerasain banget rutinitas sehari-hari layaknya orang lokal. Melalui tulisan ini aku pengen cerita gimana aku menjalani keseharianku. Rutinitas Hari kerja – Bangun pagi Aku bangun siang banget selama di India karena di kota tempat aku kerja kebanyakan jam masuk kantor adalah jam 10 pagi sampai jam 7 malam. Jam kantor inilah yang bikin keseharianku di India jadi beda banget dengan di Indonesia. Aku bangun lebih siang, pulang ngantor malem meski ngga lembur, dan tidur lebih malem juga. – Sarapan Roti Chapati, Yoghurt dan Cocolan Kari — Sarapan ala India! Aku tinggal di PG paying guest di India. Ini konsepnya mirip kos-kosan gitu dan biasanya emang yang tinggal mahasiswa atau anak muda. Nah di PG disediakan sarapan jadi ngga perlu ribet masak dan nyiapin sarapan setiap pagi. Biasanya terdiri dari pancake khas India seperti naan, paratha, dan chapati jenisnya banyak banget dan semuanya beda; homemade yoghurt sebagai cocolan; saos tomat di India entah kenapa malah susah banget cari saos cabe; dan minumnya setiap pagi pasti chai yaitu teh susu yang dicampur rempah-rempah. Kadang kalo bosen atau aku lagi nggak suka menunya, aku beli buah buat sarapan karena tiap jalan kaki ke halte lewat pasar. Buah di India jauh lebih murah lho dibandingkan di Indonesia. Contohnya, satu buah pisang harganya sekitar 500 rupiah! – berangkat ngantor Sosok transportasi umum di India Jarak tempat aku tinggal ke kantor kurang lebih 5 kilometer. Setiap pagi aku jalan kaki sekitar satu kilo dari PG ke halte terdekat, kemudian lanjut naik bus. Rutinitas berangkat ngantor ini buatku seru banget, karena di Indonesia aku malah jarang naik transportasi umum akibat lebih suka naik ojek online. Naik bus di India juga ngga sulit dan serem kok, kurang lebih sama kayak naik Trans Jakarta karena ada halte dan jalurnya sendiri, rutenya bisa dicek di Google Maps, dan bahkan bentuk busnya pun mirip. Aku sekali jalan ngantor cuma perlu bayar 4 rupee alias 800 rupiah doang. Selain naik bus, kadang-kadang kalo keburu-buru atau hujan, aku make aplikasi namanya Ola. Ola kurang lebih adalah GOJEK versi India untuk pesen transportasi online. Kalo pake GOJEK bisa pesen ojek online, kalo pake Ola kita bisa pesen bajaj. – Ngantor Aku magang sebagai business development di sebuah IT startup di kota Surat, Gujarat. Tugasku adalah mengelola kerjasama outsourcing antara perusahaan tempat aku kerja dengan perusahaan IT di luar negeri. Aku harus memastikan perusahaanku bisa dapet klien baru dan menjalin hubungan yang baik dengan klien yang udah ada. Kerja sebagai orang asing di antara karyawan lokal merupakan tantangan tersendiri. Rasanya setiap hari ada aja ada masalah sekaligus pelajaran baru, sesimpel kendala komunikasi karena pusing dengerin aksen satu sama lain, pola pikir yang ga cocok, dan budaya kerja yang beda banget. Awalnya aku bener-bener frustasi karena rasanya susah aja untuk mengerti dan dimengerti sama temen kantor. Tetapi seiring berjalannya waktu aku belajar untuk lebih pede mengutarakan pendapat, proaktif misal aku merasa ada yang kurang jelas, dan menyikapi segala masalah kantor dengan kepala dingin. Sebelum magang di India, aku udah magang dua kali di Indonesia dan aku bisa bilang pengalaman magang di luar negeri adalah naik level untuk pengalaman profesionalku karena aku menghadapi tantangan yang aku ga pernah hadapin sebelumnya. – Sampai di PG dan makan malam Biasanya aku sampe di PG jam 8 malam dan baru makan malam sekitar jam 9 malam. Malam hari sepulang ngantor adalah waktu buatku bersosialisasi sama temen-temenku yang tinggal di PG. Semua temenku adalah cewek India dan itu bikin hubungan kita awkward banget pas awal aku tinggal di PG. Ini jadi pengalaman pertama mereka tinggal seatap sama orang asing dan aku awalnya takut dicuekin karena beda sendiri. Syukurnya hubungan kami kian hari kian membaik. Salah satu caraku untuk mempererat hubungan dengan teman-teman baruku adalah dengan cari kesamaan diantara kami seperti persamaan bahasa antara bahasa Indonesia dan Hindi sampe saling sharing soal rutinitas skincare ala negara masing-masing. Rutinitas Akhir pekan dan hari libur Akhir pekan dan tanggal merah selalu jadi waktu yang paling aku tunggu-tunggu karena ini adalah kesempatan buat bisa jalan-jalan dan refreshing dari pusingnya urusan kantor. Ini adalah hal-hal yang aku lakuin kalo lagi libur. Cuci baju dan setrika Aku hampir ga pernah cuci baju sendiri di Indonesia karena selalu pake jasa laundry. Awalnya aku pikir bisa melakukan hal yang sama di India tapi ternyata jasa laundry di India carinya ga segampang di Indonesia dan harganya mahal banget. Harga laundry per potong sebesar 3000 rupiah. Akhirnya aku pun cuci baju sendiri pake mesin cuci di PG. Walaupun jasa laundry susah carinya di India, tapi ada jasa lain nih yang cukup populer yaitu jasa setrika baju. Harganya pun lebih bersahabat, kurang lebih seribu rupiah per potong. Biasanya kalo males setrika terutama baju buat ngantor, aku bawa deh ke tukang setrika ini. Belanja ke supermarket Salah satu supermarket di daerah pertokoan India Aku selalu antusias banget kalo masuk supermarket di luar negeri. Aku selalu ngerasa main ke supermarket bisa ngasi gambaran tentang cara hidup orang lokal di suatu negara. Hampir setiap akhir pekan selama di India aku pasti ke supermarket buat belanja sendiri atau nemenin temen. Salah satu hal menarik yang aku sadarin dari keluar masuk supermarket di India, barang-barang hygiene dan personal care kayak tisu, kapas, dan pembalut itu mahal banget. Contoh perbandingannya, aku beli pantiliner di Indonesia isi 20 pcs seharga 5 ribuan, dan kalo di India harganya 18 ribu! Kulineran Makanan India sangat beragam dan kalo dikulik nggak ada habisnya. Aku pribadi cocok dengan makanan India karena rasanya kuat dan setiap makanan unik banget. Sapi adalah binatang yang disucikan di India dan dagingnya tidak boleh dikonsumsi, jadi selama di India aku puasa makan daging sapi. Nyari ayam dan daging lain pun juga ngga semudah di Indonesia karena lebih banyak makanan yang ditujukan untuk vegetarian. Awalnya aku udah uring-uringan karena aku ngga terlalu suka sayur, tapi ternyata orang India kreatif banget dalam mengolah sayur, jadi aku ngga selalu makan sayur dalam bentuk mentahnya tapi sering juga makan daging vegetarian yang rasanya mirip sama daging beneran. Jalan-jalan ke luar kota Selama di India, aku cuma 3 kali jalan-jalan ke luar kota buat weekend getaway. Alasannya karena budget terbatas dan capek juga sih haha. Pengalaman jalan-jalan ke luar kota bikin aku juga mencicipi berbagai jenis moda transportasi di India dari pesawat domestik, kereta, sampai bus. Dari 3 kali jalan-jalan tersebut, dua diantaranya aku pulang pergi sendirian dan syukurnya selamat tanpa mengalami kejadian yang tidak diinginkan. Beberapa tips yang aku sarankan untuk berpergian sendiri selama di India adalah rajin riset di internet dengan baca-baca pengalaman traveler lain, selalu konsultasikan rencana perjalananmu ke temen yang orang lokal, jangan keliatan gugup, dan misal bener-bener bingung banget coba cari orang yang kelihatannya bisa bahasa Inggris dan terpercaya biasanya aku deketin cewek yang kelihatan seumuran buat nanya-nanya, dan meskipun harus selalu waspada jangan terlalu overthinking ya, don’t forget to have fun! Apa yang aku bagikan disini tentunya cuma potongan kecil dari seluruh pengalaman dan pembelajaran yang aku dapet selama bekerja di India. Salah satu hal yang aku pelajarin adalah untuk gak menutup diri dari pengalaman baru cuma karena mentah-mentah percaya dengan stereotip yang beredar atau cerita orang. Kalo dulu aku ambil pusing kata-kata orang ketika aku cerita rencanaku ke India, mungkin aku ngga jadi berangkat karena udah jiper duluan. Selain itu, tinggal dan kerja di luar negeri juga menjalani hidup sehari-hari layaknya orang lokal menurutku adalah pengalaman yang sangat berharga. Aku dapet professional development yang menambah nilai plus buat CV dan personal development untuk belajar lebih dewasa dalam menyikapi banyak hal baru, dari culture shock yang kocak sampe pengalaman buruk yang bikin bete. Seorang temen lokalku bilang, if you can survive traveling and living in India, you basically will survive anywhere else in the world’. I am proudly say I survived in India and looking forward for more adventures in new places! Savira has big faith and passion in youth’s potential. She is now working in Asian Development Bank to support Indonesian youth’s participation in improving the nation’s financial inclusion. Besides being a communication students, Savira took various opportunities during her university years including being the activist of world’s biggest youth-led organization, AIESEC, for four years and awardee of XL Future Leaders. In her spare time, Savira enjoys visiting museums, joining walking tours, and hunting for culinary’s hidden gem.
PengalamanHidup di Singapore | Image vs RealityDi video ini aku share pengalaman ku selama 1 tahun tinggal di Singapore, Apa saja yang aku alami, dan penda
Bagaimana rasanya belajar di negara yang terkenal dengan sinema Bollywood dan kemajuan di bidang teknologi informasinya? Kali ini Indonesia Mengglobal berbincang dengan Popi Miyondri yang pernah belajar di New Delhi, India. 1. Hai Popi, boleh cerita sedikit mengenai Popi? Namaste, teman-teman semua. Nama saya Popi Miyondri, saat ini baru saja menyelesaikan pendidikan master jurusan French Language di Jawaharlal Nehru University JNU – New Delhi. Saya adalah orang Jambi namun ayah saya berasal dari Batu Sangkar Sumatera Barat. Di jenjang S1, saya mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Prancis di Universitas Pendidikan Indonesia. Aktif berpengalaman organisasi saat masih S1 dulu dan hingga kini masih tetap terbawa ketika berada di New Delhi ini. Saya masih aktif mengikuti Perhimpunan Pelajar Indonesia di India, pada tahun 2014-2015 saya berkontribusi sebagai sekretaris PPI India. Selain itu pada tahun 2015-2016 saya memegang peran sebagai ketua PPI Komisariat Delhi. 2. Mengapa Popi memilih melanjutkan studi di India? Dulu tidak pernah terbayangkan bisa S2 di India. Berawal ketika salah satu teman Pengajar Muda sebutan fasilitator pendidikan di Indonesia Mengajar yang juga lulusan JNU memberikan info mengenai JNU dan kemudian saya tertarik. Yang paling banyak ditanyakan pada saya ketika orang tahu bahwa saya melanjutkan kuliah di India adalah “Mengapa India? Mengapa kuliah Bahasa Perancis justru di India?” Waktu itu saya menjawab, “Why not?” Bagi saya, belajar di universitas mana pun ketika universitas tersebut memiliki kredibilitas dan kualitas yang bagus adalah pilihan yang baik. Ini bukan tentang gengsi, karena kebanyakan orang barangkali berpendapat bahwa kuliah di negara-negara maju seperti kebanyakan negara di Eropa atau Amerika lebih terkesan keren. Menurut saya, jika kita memilih universitas sembarangan dan belajar asal-asalan, itu sama saja dengan menyia-nyiakan kualitas yang ada pada diri kita. JNU memiliki kualitas yang bagus di India dan setelah berada di sini, saya bisa merasakan kualitasnya melalui dosen-dosen yang mengajar di jurusan saya. Untuk jurusan Bahasa Perancis sendiri, saya mengambil jurusan ini agar linier dengan jurusan saya sewaktu S1. Hal ini berhubungan dengan cita-cita saya yang ingin menjadi dosen. 3. Bisakah Popi bercerita mengenai kehidupan/budaya kuliah di sana? Terkait dengan kehidupan di universitas saya, saya lebih merasakan suasana internasional di sini dibanding sewaktu saya kuliah S1 di Indonesia. JNU dapat diakses oleh mahasiswa-mahasiswa internasional dan JNU sendiri banyak bekerja sama dengan berbagai negara yang berhubungan dengan pendidikan. Kuliah di India sendiri memang harus sabar terkait sistem administrasi, terutama terkait kendala bahasa. Tidak semua pegawai di kampus dapat berbahasa Inggris, sehingga saya terkadang membawa teman India untuk menerjemahkan apa yang saya inginkan dalam bahasa Hindi. Malam budaya. Harga buku kuliah terbitan internasional juga sangat terjangkau, berbeda dengan di Indonesia. Selain itu, kita dapat mengakses jurnal internasional yang berbayar secara gratis di perpustakaan JNU. Walaupun mayoritas mahasiswa di kampus saya adalah mahasiswa India, namun tak sedikit pula mahasiswa asing dari berbagai negara yang berkuliah di sana. Ini berpengaruh pada seringnya diselenggarakan pesta seperti budaya kebanyakan negara-negara maju, misalnya pesta asrama, pesta perpisahan, atau pesta-pesta informal lain. Meski begitu, sisi khas India tetap terasa, dapat dilihat dari pakaian tradisional yang dipakai oleh masyarakat dan mahasiswa di sana serta perayaan berbagai macam festival keagamaan Hindu. 4. Apa saja kegiatan Popi selain kuliah? Selain kuliah, karena saya aktif di PPI India, kami melakukan berbagai kegiatan untuk mempererat tali persaudaraan dengan sesama teman PPI, teman teman di Indonesia, dan para pejabat/orang Indonesia yang berkunjung ke India. Kami juga memiliki program sosial, salah satunya adalah kegiatan PPI Delhi Winter Care. Kami membantu warga Delhi yang kurang mampu dan tunawisma dalam menghadapi musim dingin dengan membagikan selimut, jaket, beras, gandum, dan sejumlah materi kepada keluarga yang tidak mampu. Kegiatan PPI New Delhi. Selain di PPI, saya juga terlibat aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh International Student Association ISA di kampus. 5. Hal-hal unik apa yang Popi temui selama kuliah di India? Ada beberapa hal unik yang saya temui dan rasakan selama kuliah di India, misalnya biaya kuliah yang murah. Biaya kuliah di universitas saya tergolong sangat terjangkau untuk masyarakat India. Menurut orang India, tes masuk ke JNU sangat sulit, sehingga mahasiswa yang lulus di JNU sangat dikagumi. Biaya yang ditawarkan oleh JNU hanya Rs. 250,- per semester atau sekitar Rp. Untuk tinggal di asrama , penghuni asrama hanya cukup membayar sekitar Rp. per semester. JNU hanya menyediakan jenjang S2 dan S3 untuk semua jurusan, sedangkan S1 hanya ditawarkan untuk jurusan bahasa. Hal unik lainnya adalah bahasa. Kita umumnya berasumsi bahwa bahasa Hindi merupakan bahasa utama yang dipakai oleh masyarakat India. Namun India merupakan salah satu negara selain Kanada yang negaranya menerapkan multi-bahasa. Banyak berbagai bahasa yang dipakai di sana dan bahasa Inggris merupakan bahasa penghubung juga karena dulunya India pernah diduduki oleh Inggris. Saya juga tertarik dengan masakan India yang terkenal dengan bumbunya yanbg khas. Ketika kita mencicipi makanan India seperti roti, kari, dan manisan, kita biasanya langsung tahu bahwa makanan itu adalah makanan India. Bumbu khas India yang banyak digunakan dalam berbagai sajian dikenal dengan nama masala. 6. Apakah ada tantangan yang Popi hadapi di sana dan bagaimana cara Popi mnghadapinya? Dalam pergaulan tentu kita harus pandai dalam memilih teman, karena pergaulan bebas bisa kita rasakan di sana. Oleh karena itu, pergaulan merupakan tantangan yang harus saya hadapi dan kelola secara matang. Bersama teman-teman kuliah. keamanan Bukan hal baru lagi jika India dikenal senagai negara dengan tingkat keamanan untuk wanita yang mengkhawatirkan. Bagi saya sebagai seorang wanita, menjaga diri merupakan tantangan terbesar. Meski begitu, saya merasa senang karena JNU peduli dengan keamanan mahasiswanya dengan menyediakan petugas jaga 24 jam di berbagai titik. Tentunya saya juga selalu waspada ketika keluar dari kompleks kampus. tentang India dan Indonesia Walau pun kuliah di jurusan Bahasa Perancis, contoh-contoh dari pembelajaran yang banyak digunakan oleh dosen di sana berasal dari kehidupan sehari-hari di India. Sebagai representasi dari Indonesia, saya terkadang ditanya mengenai negara asal sehingga pengetahuan tentang kedua negara juga harus saya ketahui. 7. Apakah Popi memiliki pesan atau tips untuk teman-teman IM yang ingin belajar di India? Saya yakin bahwa teman-teman IM sudah tentu paham bagaimana harus bersikap ketika keluar dari comfort zone. Sebagai representasi Indonesia, kita sebaiknya bersikap sebagai orang Indonesia yang memiliki budaya Timur dan juga memiliki pengetahuan luas akan negaranya. Kita juga harus ingat akan tujuan kita belajar. Mengelola ekspektasi dalam hal perbedaan budaya juga dapat membantu kita dalam menerima budaya di negara tujuan, tentunya kita pilih mana yang baik. Selain itu, pencarian beasiswa juga diperlukan untuk mengurangi beban biaya selama kuliah di negeri orang. Banyak beasiswa yang bisa diambil, misalnya Beasiswa Unggulan dari Kemdikbud bagi teman-teman yang sudah kuliah terlebih dahulu namun dengan biaya sendiri. Beasiswa tersebut sangat membantu saya secara finansial ketika kuliah di India. Featured image diambil dari
Darikeduanya, hanya India yang saya tinggali cukup lama sehingga bisa membandingkannya dengan Indonesia. Saya tinggal di India utara (punjab) yang memiliki empat musim, memiliki penduduk dengan mayoritas beragama Sikh, kultur budaya yang unik, dan tingkat kemajuan teknologi yang cukup advanced.
Morar na Índia pode ser uma grande experiência ou um desafio para quem não estiver aberto e disposto a conhecer uma nova cultura e tradições, bem diferente da acidental. O país asiático é o segundo mais populoso do mundo e a vida caótica e agitada são destaques dos grandes centros urbanos. Na lista dos 10 maiores PIB’s do mundo é também a terceira maior economia em Paridade de Poder de Compra perde apenas para os Estados Unidos e a China. Ou seja, um país de extremos, onde a renda per capita chega a ser de US$ a do Brasil é de US$ Como morar na Índia A Índia é um dos países que exigem o visto, inclusive a turistas, mesmo por um período inferior a 90 dias como em outros casos. De acordo com a Embaixada da Índia em Brasília, localizada na SES 805, lote 24, Asa Sul, o procedimento de solicitação do visto pode ser feito a distância, sem necessidade de deslocamento. Apesar de haver um Consulado Geral da Índia em São Paulo, todo e qualquer pedido de visto deve ser feito online e a documentação enviada por correio. Os residentes em São Paulo, Rio de Janeiro, Paraná, Santa Catarina ou Rio Grande do Sul devem submeter os documentos para o endereço Avenida Paulista, 925, 7º andar – CEP 01311-100 e o telefone para contato é o 11 3279-3773 / 11 3279-3780. Os demais estados devem enviar os documentos para Brasília, no endereço SES 805, lote 24, Asa Sul, CEP 70452-901. O telefone para contato é o 61 3248-4006. Com relação às taxas dos vistos para morar na Índica vale ressaltar que as mesmas devem ser pagas via cheques, sendo eles três um para o visto, outro para o SEDEX e o terceiro para a taxa de ICWF. Em Brasília é possível pagar em dinheiro, presencialmente, mas o valor deve ser exato. Trabalhar na Índia A economia indiana gira em torno de uma economia de mercado, voltada para o comércio internacional. Os principais setores são, em primeiro lugar o de serviços, em seguida o agrícola e, por último o industrial. Os principais produtos de exportação são aqueles que envolvem o petróleo, produtos têxteis e pedras preciosas. Portanto, se você é da área de relações internacional ou lida com algum destes produtos direto ou indiretamente, esta pode ser uma grande oportunidade de trabalho. O processo do visto é relativamente simples e exige a seguinte documentação Formulário preenchido, impresso e assinado Passaporte com validade mínima de seis meses 2 fotos 5×5 idêntica a utilizada no formulário Certificado Internacional de Vacinação contra Febre Amarela* Carta de Oferta de Emprego Contrato de Trabalho em inglês Certificados Educacionais e Profissionais Pagamento da Taxa envio do primeiro cheque no valor de R$ 485 Taxa de ICWF envio do segundo cheque no valor de R$ 10** Taxa do SEDEX envio do terceiro cheque no valor de R$ 50 * O Certificado Internacional de Vacinação contra Febre Amarela é emitido pela Anvisa, de forma gratuita, em um posto da Vigilância Sanitário no próprio aeroporto é possível fazer. No entando, para que seja válido é preciso tomar a vacina pelo menos 10 dias antes do embarque e, para emissão do documento, é preciso apresentar o cartão de vacina devidamente carimbado e assinado pelo responsável da saúde. ** A taxa ICWF é referente ao Fundo de Bem Estar da Comunidade Indiana. Estudar na Índia Destino muito buscado pelos estudantes, a Índia se tornou um centro de referência para intercambistas de todo o mundo, principalmente aqueles que buscam por uma experiência cultural em um país de baixo custo. No país é possível dedicar-se ao estudo de idiomas, voluntariados, intercâmbio estudantil e até mesmo profissional espécie de estágio. Os documentos necessários para solicitação do visto para estudar na Índia são Formulário preenchido, impresso e assinado Passaporte com validade mínima de seis meses 2 fotos 5×5 idêntica a utilizada no formulário Certificado Internacional de Vacinação contra Febre Amarela Carta de Admissão acompanhada da estrutura de estudo e taxas Atestado Médico de Saúde para a não objeção do Ministério da Saúde da Índia Extrato bancário ou Bolsa de Estudos Pagamento da Taxa envio do primeiro cheque no valor de R$ 305 Taxa de ICWF envio do segundo cheque no valor de R$ 10 Taxa do SEDEX envio do terceiro cheque no valor de R$ 50 Custo de vida Para você ter uma ideia do quanto barato é viver na capital da Índia, Nova Deli, o custo de vida comparado à São Paulo chega a ser 48% a menos. Ou seja, com a metade do dinheiro gasto na capital paulista, é possível viver com o mesmo padrão. Em Jaipur, outra grande cidade, o custo de vida chega a ser 55% mais baixo. Apesar de ser um país barato para se viver, o Censo 2014 relativo às estimativas populacionais das comunidades brasileiras no mundo contabiliza que no país há apenas 235 brasileiros. O salário mínimo praticado no país é de 361 ₹ rúpias por dia no mês com 20 dias úteis o total é de ₹. Porém, de acordo com a média salarial praticada e divulgada pelo site Numbeo, profissionais qualificados chegam a ganhar entre ₹ e ₹. Curiosidades sobre o país e se vale a pena emigrar pra lá Apesar da capital ser Nova Deli, a cidade mais populosa da região é Bombaim. E acredite, o trânsito tanto de pedestre, quanto de carros, tuk tuk’s, bicicletas e até mesmo vacas são intensos. Andar pelas ruas da cidade é um desafio e tanto. Outro ponto interessante do país é que, com a chegada da primavera há uma celebração reconhecida mundialmente o Festival das Cores, no qual as pessoas compram pós coloridos feitos de flores e frutas e jogam umas nas outras. Mas agora, se você está a espera de encontrar um país “limpo”, esqueça. O que impera na Índia além do caos, é a falta de qualidade e ação sanitária de fiscalização. Porém, relatos de quem por lá passou é de que as comidas preparadas e vendidas nas ruas chegam a ser mais saborosas do que as preparadas em restaurantes. Sendo assim, com uma boa oferta de trabalho ou uma oportunidade de estudos, o país se mostra como um destino favorável para quem deseja morar na Índia. Veja também Morar na China como trabalhar e estudar Como morar no Japão sendo descendente ou não Morar na Coreia do Sul como é o custo de vida, trabalhar e estudar Morar nos Emirados Árabes saiba tudo sobre o local Facebook Nosso grupo Twitter Youtube [su_service title=”Atenção” icon=” size=”30″]Este conteúdo é de exclusividade do Já Fez as Malas e não pode ser reproduzido parcial ou integralmente sem autorização prévia. Caso queira referenciar o conteúdo abordado neste artigo, pode-se utilizar um link para a matéria.[/su_service]
Yangsaya heran didalam kemalasan dan santai nya hidup mereka, tapi saat Dhuha dan adzan sholat berkumandang, mereka bergegas untuk pergi ke Masjid, tidak ada kompromi, walaupan sedang rapat/meeting, mengerjakan sesuatu, pokoknya tidak ada tawar menawar, saat waktu sholat, orang2 arab sudah menghilang, hanya 1 -2 pekerja yang tinggal di kantor dan kebanyakan mereka bukan orang Arab, seperti India, Pakistan, Philipine..
India merupakan salah satu Negara di Asia yang sampai saat ini masih memiliki sejumlah istana kerajaan yang masih terawat. Beberapa dari istana tersebut telah menjelma menjadi museum, hotel dan bahkan masih ada yang masih ditinggali oleh keturunan bangsawan. Nah, buat kalian yang ingin berkunjung ke istana tersebut dan merasakan menjadi bangsawan dalam sehari,Istana di India berikut ini bisa menjadi Tempat Wisata menyenangkan1. City Palace, Jaipur2. Rambagh Palace, Jaipur3. City Palace, Udaipur4. Lake Palace, Udaipur5. Umaid Bhawan Palace, Jodhpur6. Mysore Palace, Mysore7. Lakshmi Vilas Palace, Vadodara8. Jai Vilas Palace, Gwalior9. Falaknuma Palace, Hyderabad10. Chowmahalla Palace, HyderabadIstana di India berikut ini bisa menjadi Tempat Wisata menyenangkan1. City Palace, Palace merupakan salah satu istana di India yang cukup banyak menarik perhatian wisatawan dari berbagai Negara. Istana yang berada di kota Jaipur, Rajashtan ini ini telah ada sejak tahun istana ini menjadi tempat tinggal pribadi Maharaja Sawai Jai Singh II dari Jaipur. Bangunan dari istana ini sendiri merupakan perpaduan dari gaya arsitektur Rajput, Mughal dan Eropa. Di dalam istana ini terdapat pavilion, kuil dan juga kebun dan salah satu bagian paling menarik dalam istana ini adalah pintu masuknya yang didesain seperti ekor burung City Trip Mengunjungi Patwon Ki Haveli Yang Unik Nan MenawanIndia Gate, Landmark Kota New Delhi Yang Penuh Sejarah2. Rambagh Palace, di India selanjutnya juga masih berada di kota Jaipur, Rajashtan, yaitu Rambagh Palace. Rambagh Palace ini diangun pada abad ke-19 dan dulunya berfungsi sebagai tempat peristirahatan setelah berburu di masa pemerintahan Maharaja ini memiliki banyak ruangan yang indah dan artistic dan kebun yang indah serta koridor yang dipenuhi perabotan marmer. Sekarang Rambagh Palace telah menjadi hotel mewah yang tarifnya mencapai puluhan juta per malamnya. Tentunya harga tersebut sebanding dengan service, fasilitas dan pengalaman yang akan kamu dapatkan. Menginap di Rambagh Palace ini tentu akan membuatmu seolah menjadi keluarga City Palace, hanya Jaipur, Udaipur juga memiliki istana yang tak kalah megah bernama City Palace. City Palace Udaipur ini dibangun pada abad ke-16 dan berlokasi diatas tebing dengan pemandangan yang sangat indah, yaitu Danau Pichola dan Pegunungan Aravalli. Tak heran jika City Palace ini menjadi salah satu istana di India yang banyak diminati wisatawan dari berbagai Palace Udaipur ini mengusung gaya bangunan perpaduan dari Mughal dan Rajashtani yang mana dulunya menjadi tempat tinggal keluarga Dinasti Mewar. Di dalamnya kamu akan menemukan istana-istana kecil, kuil, infinity pool dan danau. Interior dari istana ini pun ngga kalah menarik karena dilengkapi dengan lukisan dinding, perabotan marmer, cermin-cermin hingga kerajinan Lake Palace, di India selanjutnya masih berada di Udaipur, Rajashtan, yaitu Lake Palace. Lake Palace ini bisa dibilang cukup unik karena dibangun di tengah Danau Pichola yang Palace ini dibangun pada abad ke-18 atas perintah Maharaja Jagat Singh II. Dulunya istana ini berfungsi sebagai istana musim dingin Dinasti Mewar. Meskipun berada ditengah danau, namun istana ini memiliki ragam fasilitas mewah selayaknya istana pada umumnya. Di dalamnya terdapat air mancur, kebun dan halaman yang sangat ini Lake Palace ini berubah menjadi sebuah hotel mewah yang memiliki 83 kamar dan suites. Jika kamu tertarik untuk menginap disini, tentu kamu harus mergoh kocek yang agak dalam karena per malamnya dipatok sekitar Rp 13 Umaid Bhawan Palace, Bhawan Palace juga menjadi salah satu istana di India yang layak untuk dikunjungi. Istana yang berada di Jodhpur, Rajashtan ini memiliki luas mencapai 105 meter persegi dengan bangunan bergaya ini dulunya merupakan tempat tinggal Maharaja Gaj Singh yang di dalamnya terdapat museum berisikan mobil klasik, koleksi jam, memorabilia, fotografi hingga macan tutul yang telah diawetkan. Sekarang istana ini telah menjelma menjadi museum dan kamar yang ada didalamnya menjadi Mysore Palace, berbicara soal istana di India yang wajib dikunjungi, rasanya belum lengkap jika tak berkunjung ke Mysore Palace. Mysore Palace ini berada di Negara bagian Karnataka tepatnya di kota ini memiliki gaya arsitektur perpaduan dari Hindu, Muslim, Gotik dan Rajput sehingga terlihat sangat megah dan menakjubkan. Mysore Palace ini dibangun pada tahun 1897 dan memiliki tiga tingkat yang terdiri dari 2 durbar hall atau aula khas istana India, istana, pavilion boneka antic, galeri foto dan 12 kuil Hindu. Istana ini dulunya menjadi tempat tinggal resmi Wodeyar, yaitu keluarga kerajaan Mysore, namun sekarang istana ini dibuka untuk Lakshmi Vilas Palace, di India yang satu ini berada di Gujarat, Negara India bagian barat tepatnya di kota Vadodara. Istana ini dikenal dengan nama Lakshmi Vilas Palace dan dibangun pada tahun 1890 diatas lahan seluas 2 istana ini mengusung gaya Indo-Saracenic, yaitu gaya arsitektur kebangkitan yang didesain oleh arsitek Inggris pada bangunan di India. Di dalam istana ini kamu bisa melihat ruang perjamuan yang sangat megah, museum berisi lukisan dan artefak dari berbagai Istana Lakshmu ini menjadi tempat tinggal Gaekwads, yaitu keluarga kerajaan Vadodara. Sekarang sebagian dari istana ini dibuka untuk umum sebagai museum dan sebagian lainnya menjadi Jai Vilas Palace, Vilas Palace juga menjadi salah satu istana di India yang tak kalah megah untuk kamu kunjungi. Istana yang dibangun pada abad ke-19 ini adalah milik Maharaja Jayajirao dari Gwalior dan berada di Negara bagian Madhya istana ini memiliki luas sekitar 117 ribu meter persebi dengan gaya bangunan ala Eropa. Istana ini terdiri dari tiga tingkat dengan masing-masing gaya arsitektur yang berbeda. Pada lantai satu memiliki gaya Tuscan, lantai dua bergaya Italian-Doric dan di lantai 3 bergaya Corinthian. Selayaknya istana India lainnya, Jai Vilas Palace ini juga memiliki durbar hall yang dilengkapi dengan lampu gantung raksasa, karpet mewah dan perabotan berlapis Falaknuma Palace, di India yang wajib dikunjungi selanjutnya adalah Falaknuma Palace. Istana ini berada di Negara bagian Telagana tepatnya di Hyderabad dan dibangun diatas tebing setinggi 600 Palace dulunya adalah tempat tinggal Nizam dari Hyderabad yang sekarang telah berubah menjadi hotel mewah. Istana ini memiliki interior yang sangat indah dan dilengkapi dengan lampu gantung Venesia, tangga marmer, pilar khas Romawi dan perabotan mewah. Sementara pada bagian luarnya kamu bisa melihat kebun-kebun bergaya Jepang, Mughal dan Rajashtani. Istana ini juga memiliki perpustakaan besar dengan koleksi Al-Quran yang sangat Chowmahalla Palace, di India yang terakhir adalah Chowmahalla Palace. Istana megah ini juga masih berada di Hyderabad, Negara bagian Palace yang berarti benteng ini dulunya juga menjadi tempat tinggal Nizam dari Hyderabad. Istana yang berdiri sejak abad ke-19 ini memiliki 4 bangunan istana yang megah dengan gaya bangunan Neo-Klasik. Di dalam istana ini terdapat koridor luas dengan berbagai macam ruangan, kolam, air mancur dan durbar hall.
Motivasidari saya bagi yang ingin berkuliah di India adalah: "Tidak semua pemuda atau pemudi Indonesia mengetahui luar biasanya pendidikan di India, baik di dalam maupun di luar kelas, karena kebanyakan mereka lebih memiliki impian menjalani studi di negara di mana lebih nyaman dari Indonesia itu sendiri.
Namasaya Faiz Syauqi Hidayah, dan saat ini sedang menjalani pendidikan S1 di National Institute of Technology (NIT) Warangal, jurusan Teknik Kimia. Saya memulai kuliah di India tahun 2012. Saya berasal dari Nabire, daerah Papua, tapi lama tinggal di Bojonegoro. 2. Bagaimana awalnya perjalanan kakak hingga akhirnya sampai berkuliah di NIT?
3NJI. a9yvli4gaq.pages.dev/379a9yvli4gaq.pages.dev/27a9yvli4gaq.pages.dev/271a9yvli4gaq.pages.dev/103a9yvli4gaq.pages.dev/297a9yvli4gaq.pages.dev/157a9yvli4gaq.pages.dev/182a9yvli4gaq.pages.dev/13a9yvli4gaq.pages.dev/87
pengalaman tinggal di india